Awas Generalisasi

Karena nila setitik, rusak susu sebelanga

Pernah dengar atau baca kata mutiara diatas? Menurut saya itu bukan kata mutiara. Tapi kata sampah. Kalau diubah begini, baru saya mau mengakui kalau itu kata mutiara

Jangan karena nila setitik, kau buang susu sebelanga

Kenapa saya bilang itu kata sampah? Karena kata-kata itu sangat membahayakan bila benar-benar anda gunakan dalam kehidupan anda. Padahal seharusnya kata mutiara itu kata yang bijak dan memberi manfaat bagi pengikutnya.

Kata mutiara diatas adalah sebuah generalisasi sebuah cacat. Bayangkan, hanya karena sebuah cacat kecil, maka seluruh kebaikan dianggap tidak ada. Menurut saya, kata mutiara itu hanya cocok diberikan untuk menyindir orang-orang yang suka menggeneralisasi suatu masalah.

Menganggap suatu kesalahan kecil sebagai sebuah penghakiman terhadap seluruh aspek merupakan tindakan yang sangat tidak bijaksana. Jangan hanya gara-gara segelintir oknum lalu kita menganggap organisasi itu rusak. Jangan karena sebuah kesalahan, lalu kita menganggap seseorang sebagai sampah yang layak dibuang.

Akhir-akhir ini saya sering menemukan orang-orang yang menyamaratakan sesuatu hanya berdasarkan sebuah pembuktian kecil saja. Bahkan seorang ibu tega menggeneralisir buah hatinya sendiri hanya karena sebuah kesalahan. Kasihan banget.

Pernah saya jalan ke mushola. Didepan saya ada seorang anak kecil jalan dengan riang dan bercerita kepada ibunya yang menggandeng tangannya. “Bu, aku tadi bisa mengerjakan semua soal Matematika lho. Cuma salah satu aja.”, kata si Anak. “Halah, bahasa daerahmu itu lho pikirkan. Nulis jawa itu lho kamu kok ndak bisa-bisa”, cetus si Ibu. Si anak langsung diam dan cuma tersenyum kecut.

Aslinya perkataannya memakai bahasa jawa, jadi mungkin kurang serem waktu ditulis dalam bahasa Indonesia.. hehehe..

Dalam hati saya heran, banyak orang tua memasukkan anaknya ke lembaga bimbingan belajar biar pintar matematika. Eh, ini malah dimarahi gara-gara pintar matematika dan gak bisa bahasa jawa. Itupun cuma gara-gara gak bisa nulis aksara jawa yang kelak insya Allah gak bakal dia temui di kehidupannya.

Akhirnya saya cuma berdoa mudah-mudahan tuh anak mentalnya kuat sehingga gak langsung drop gara-gara sikap aneh sang ibu. Jika anda orang tua, hati-hatilah dengan generalisasi ini. Contoh paling gampang suatu ketika anak kita memecahkan barang lalu berbohong bahwa bukan dia yang melakukannya. Maka jangan sampai kita mengatakan padanya “Dasar Pembohong, udah jelas-jelas cuma kamu yang disini”.

Jadi, mari kita lebih hati-hati. Tak perlu memandang sesuatu secara global jika itu hanya kejadian temporary dan lokal. hati-hati dengan generalisasi

5 thoughts on “Awas Generalisasi

  1. yup, setuju… kadang kebaikan segudang yg dilakukan orang nggak dianggap hanya karena dia melakukan sedikit kesalahan. Aneh terkadang, keburukan orang mudah terwakilkan oleh sedikit sikap, gaya bicara bahkan penampilan tapi kebaikan kerap dicurigai kebenarannya.

  2. Saya setuju dengan pendapatnya bro… Sepertinya kalimat tersebut SANGAT memberikan dampak buruk bagi orang lain… Jika kalimat tersebut ditujukan kepada para IM, maka bisa-bisa IM lain akan ikut tercemar namanya

  3. senada dengan ini ya mas ” sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tidak percaya”
    ——-
    Kesalahan itu seharusnya diluruskan, bukannya malah dimaki-maki lalu jadinya malah makin terpuruk….

Leave a reply to blog bobby Cancel reply